September 17, 2008
Randai Kuantan

Memang suatu pertunjukan kesenia rakyat yang membuat kita pun ingin ikut bergoyang melihatnya, bahkan mengelitik hati. Tak urung gelak tawa pun akan keluar dengan seketika. Cerita yang dibawakan biasanya sudah melekat di hati orang Rantau Kuantan, sehingga randai sudah begitu akrab di tengah-tengah masyarakat.
Tak di ketahui secara pasti, kapan randai mulai ada di daerah ini. Tetapi apabila menilik dari sejarah, maka randai ini telah ada semenjak zaman penjajahan Belanda dulu. Randai di pergerlarkan dalam acara pesta perkawinan, sunatan, doa padang, kenduri kampung dan acara lainnya yagn di anggap perlu untuk menampilkan Randai.
Biasnya dilaksanakan pada malam hari, memakan waktu 2 hingga 4 jam. Disinilah orang sekampung mendapat hiburan dan bisa bertemu dengan kawan-kawan dari lain desa.
Berhasilnya sebuah pertunjukan tidak terlepas dari peran serta pemain, pemusik dan penontonnya. Untuk sebuayh ceriata yang akan dibawakan biasanya memakan waktu latihan sekitar satu bulan atau lebih. Memang waktu latihannya tidak setiap hari, rutinnya hanya pada malam Ahad.
Tetapi apabila akan mengadakan pertunjukan maka waktu latihannya akan ditambah sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan jumlah anggota 15 sampai 30 orang untuk satu tim randai, terdiri dari penari, pemusik, dan tokoh dalam cerita. Jumlah tokoh tergantung cerita yang dibawakan. Biasanya jumlah pemusik tetap. Satu Piual, 2-3 gendang, satu peniup lapri.
Keunikan randai memang mempunyai daya tarik tersendiri dibandingkan denga kesenia rakyat lainnya yang hidup di Rantau Kuantan. Antara lain adalah, adanya tokoh wanita di perankan oleh laki-laki yang berpakaian wanita, dan sindiran-sindiran terhadap pejabat dalam bentuk pantun.
Tokoh wanita yang diperankan laki-laki ini dimaksudkan untuk menjaga adat dan norma-norma Agama. Karena latihan pada malam hari dan pertunjukan juga pada malam hari, sehingga kalau ada anak dara yang tampil ini merupakan suatu yang tabu bagi masyarakat. Selain itu juga untuk menjaga supaya hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
Sewaktu pementasan para Anak Randai membentuk lingkaran dan menari sambil mengelilingi lingkaran, sehingga pemain tidask berkesan berserakan dan terlihat rapi. Menyaksikan Randai Kuantan kita akan terbuai dan merasakan suasana kehidupan desa. Bermain, kebun karet, bergurau, bersorak sorai serta berbincang, tentu dengan lidah pelat Melayu Kuantan. Sehingga perantau yang pulang kampung ke Rantau Kuantan tak pernah melawatkan pertunjukan ini.
Untuk menyaksikan pertunjukan Randai Kuantan bukanlah hal yang sulit, karena Randai Kuantan sampai saat ini tetap banyak didapatkan di Rantau Kuantan, bahkan pada saat ini hampir setiap desa mempunyai kelompok randai.
Sebuah kelompok Randai juga mempunyai sutradara yang mengatur jalan cerita sebuah pertunjukan randai. Sutradara atau peramu cerita harus mempunyai wawasan yang luas terutama dalam hal pengembangan dialog dan pantun. Tidak hanya itu, dia sedikit banyak juga harus mengerti tentang peralatan alat musik yang digunakan. Disinilah sutrada dituntut untuk menampilkan yang terbaik. Sehingga penonton tidak merasa bosan dengan alur ceritanya.
Peran pemerintah untuk melastarikan kesenian tradisonal Kuantan ini memang ada. Terbukti dengan diperlombakannya kesenian ini pada setiap Festival Pacu Jalur di Teluk Kuantan. Disinilah mereka bisa menguji kemampuan kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. selain itu pada Festival Budaya melayu (FBM) 1997 di Pekanbaru, randai juga diikutsertakan mewakili kontingen Inderagiri Hulu—sebelum mekar menjadi Kuantan Singngi.
Masyarakat Rantau kuantan sering kali mengadakan hajatan dengan mengundang sebuah kelompok Randai. dengan demikian mereka tidak merasa jenuh dengan latihan saja, mereka juga akan mandapat masukan berupa uang lelah sebagai ucapan terima kasih. pPran masyarakat setempatlah yang sebenarnya paling dominan. sehingga Randai Kuantan tetap melekat dihati masyarakat.
Tinggi la Bukik si Batu Rijal
Tompek Batanam Si Sudu-sudu
Abang Kan Poi Adiak Kan Tinggal
Bajawek Solam Kito dahulu
Itulah sala satu pantun dalam Randai Kuantan yang bercerita tentang Ali Baba dan Fatimah Kayo. Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup sepasang suami istri yang hidup di Kampung Kopah Teluk Kuantan.
Saat ini Randai Kuantan masih tetap eksis, malah telah samapai ke manca negara, dan punggawai oleh Fakhri Semekot dan kawan-kawan.
Informasi PON Riau 2012, Wisata, Seni dan Budaya, Kuantan Singingi, Pekanbaru dan Riau umumnya melalui sudut pandang seorang Blogger yang berasal dari Sungai Kuantan
Randai Kuantan
Rachmawati/PBM/FKIPFisika
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan Rantau
Kuantan atau sebagai daerah perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau
nan Tigo Jurai). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kuansing
menggunakan adat istiadat serta bahasa Minangkabau meskipun secara
geografis Kunsing berada di Daerah Provinsi Riau yang notabene adalah
orang melayu. Kabupaten ini berada di bagian barat daya Provinsi Riau
dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu.
Sebagai daerah Rantau Nan Tigo Jurai, dalam kebudayaan masyarakat melayu
terdapat sebuah Tarian Randai. Randai adalah salah satu permainan
tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil
menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.
Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi
satu.
Randai adalah rakyat tari-drama tradisional masyarakat Minangkabau
Sumatera Barat,Indonesia. Memainkan Randai didasarkan pada cerita rakyat
terkenal, tradisi musik lokal, dan seni bela diri. Randai sebelumnya
adalah suatu bentuk kesenian rakyat Minangkabau, tapi bukan suatu bentuk
teater (rakyat). Pada mulanya Randai adalah suatu bentuk kesenian tari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pada pengertian kedua dinyatakan
dengan tegas bahwa Randai, Bahasa Minangkabau, tarian yang oleh
sekelompok orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan menarikannya
sambil bernyanyi dan bertepuk tangan berkeliling, membentuk dan
merupakan medium cerita "kaba". Randai di Daerah Kuansing dinamakan
Randai Kuantan.
Hamidy mengatakan bahwa keberadaan Randai di daerah Kuansing, erat
hubungannya dengan kedatangan perantau-perantau Minang kedaerah itu.
Dari sumberyang dapat diperoleh dapat diketahui bahwa daerah aliran
sungai Kampar adalah daerah Riau yang mula-mula menerima kedatangan
Randai Minangkabau. Dari daerah Kampar inilah Randai masuk ke Kuansing.
Randai mulai dikenal di perkampungan sepanjang sungai kuantan Indragiri
Riau, kira-kira tahun 1937. Ketika itu keadaan ekonomi rakyat didaerah
itu cukup baik. Harga getah cukup mahal, lagipula banyak petani atau
peladang getah yang diberi subsidi oleh Belanda. Ekonomi yang baik ini
telah mendorong datangnya perantau-perantau Minangkabau ke daerah
tersebut, dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih baik atau dating
untuk berniaga.
Randai yang pertama dipertunjukkan di daerah Kuansing adalah Randai
Cindur Mato. Randai ini dimainkan oleh perantau Minangkabau bersama-sama
orang Kampar. Pertunjukan Randai mereka hampir serupa semuanya dengan
pertunjukkan Randai di Minangkabau.
Randai Kuantan, pada dasarnya adalah salah satu kesenian khas rakyat
yang berkembang diprovinsi Riau. Banyak sekali keunikan yang dapat kita
lihat pada tradisi ini. Selain itu, kesenian Randai Kuantan juga
digunakan sebagai sarana untuk mengenalkan visi baru yang akan dicapai
oleh Provinsi Riau, yakni sebagai salah satu pusat kebudayaan Melayu di
Asia Tenggara. Jika dilihat dari bentuk serta keunikan yang dimiliki
oleh kesenian rakyat ini, tidak salah bila Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Riau, memutuskan untuk memilih menggunakan kesenian
Randai Kuantan sebagai salah satu media promosi kebudayaan. Dimana telah
dilangsungkan berbagai pertunjukan kesenian Randai Kuantan diberberapa
begara, guna menceritakan berbagai kisah sejarah, atau cerita tentang
kemajuan pembangunan yang tengah berlangsung diprovinsi Riau.
Kesenian Randai Kuantan, merupakan sebuah kesenian warisan dari
kebudayaan tradisional yang dahulu tumbuh dan berkembang dikabupaten
Kuantan Singingi. Salah satu daerah wisata diprovinsi Riau, yang juga
banyak sekali menyimpan berbagai pertunjukan kesenian dan kebudayaan
andalan.
Keunikan dari kesenian ini, dapat kita saksikan dalam berbagai kegiatan
pertunjukan, yang juga banyak dilaksanakan diberbagai titik diprovinsi
Riau. Disamping menjadi salah satu objek wisata andalan, umumnya
pertunjukan kesenian yang dilangsungkan selama sekitar kurang lebih 4
jam tersebut, juga ramai dan banyak sekali dikunjungi oleh masyarakat
disekitar kabupaten Singingi yang ingin mencari hiburan.
Randai Kuantan merupakan sebuah kesenian unik yang memperlihatkan
berbagai cerita rakyat, yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan teater
seni tradisional. Kesenian ini, juga dimainkan oleh sekelompok orang
yang berjumlah sekitar 15 hingga 30 orang dalam sekali pementasan.
Terdapat beberapa peran penting, seperti tokoh cerita serta peran
pendukung lainnya, dalam pertunjukan kesenian yang juga dimainkan oleh
mayoritas anak muda yang juga sering disebut dengan nama Randai Bujang
Gadi tersebut.
Kesenian identik dengan berbagai tingkah serta atraksi dari para pemain
yang mampu mengundang gelak tawa dari para peonton yang menyaksikannya.
Hal ini dikarenakan terdapat berbagai lawakan-lawakan khas dan juga
unik, yang pastinya akan menjadi sajian untuk kita nikmati dalam
pertunjukan kesenian Randai Kuantan.
Salah satu daya tarik serta mampu mengundang kelucuan dalam kesenian
ini, salah satunya, adalah tokoh yang diperankan dalam kesenian teater
tradisional tersebut. Kita akan menyaksikan dimana para pemeran dalam
kesenain tersebut, sepertinya memang sengaja bertukar posisi. Yakni
dimana terlihat para pemain laki-laki sengaja berperan sebagai wanita,
dan begitu juga sebaliknya para pemain wanita yang memerankan diri guna
menjadi laki-laki.
Banyak sekali kisah serta cerita rakyat yang dibawakan secara bergantian
dalam tiap kali pementasan kesenian Randai Kuantan. Salah satu cerita
rakyat yang sering dipentaskan dalam kesenian Randai Kuantan tersebut,
yakni sebuah kisah legenda dengan judul "Sutan Nan Garang". Salah satu
cerita rakyat yang berkembang di Kabupaten Singingi, dan menceritakan
tentang kehidupan seorang pemuda yang gagah perkasa, serta memiliki
wajah yang begitu rupawan.
Beberapa orang dalam kelompok pementasan kesenian Randai Kuantan, juga
bertugas sebagai pemain alat musik tradisional. Diantara alat musik yang
mengiringi berbagai kegiatan pertunjukan tersebut, yakni Piaual,
Gedang, Biola, Seruling, Harmonika, Rebana, Serta alat musik Lapri, guna
mengiringi berbagai nyanyian lagu daerah yang dibawakan dalam
pertunjukan kesenian Randai Kuantan.
Kesimpulan :
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan Rantau
Kuantan atau sebagai daerah perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau
nan Tigo Jurai).
Randai adalah rakyat tari-drama tradisional masyarakat Minangkabau
Sumatera Barat, Indonesia. Randai di daerah Kuansing, erat hubungannya
dengan kedatangan perantau-perantau Minang kedaerah itu. Randai di
Daerah Kuansing dinamakan Randai Kuantan.
Randai yang pertama dipertunjukkan di daerah Kuansing adalah Randai
Cindur Mato. Randai ini dimainkan oleh perantau Minangkabau bersama-sama
orang Kampar. Pertunjukan Randai mereka hampir serupa semuanya dengan
pertunjukkan Randai di Minangkabau. Randai Kuantan, pada dasarnya adalah
salah satu kesenian khas rakyat yang memiliki banyak keunikan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Randai Kuantan
Rachmawati/PBM/FKIPFisika
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan Rantau
Kuantan atau sebagai daerah perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau
nan Tigo Jurai). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kuansing
menggunakan adat istiadat serta bahasa Minangkabau meskipun secara
geografis Kunsing berada di Daerah Provinsi Riau yang notabene adalah
orang melayu. Kabupaten ini berada di bagian barat daya Provinsi Riau
dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu.
Sebagai daerah Rantau Nan Tigo Jurai, dalam kebudayaan masyarakat melayu
terdapat sebuah Tarian Randai. Randai adalah salah satu permainan
tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil
menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.
Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi
satu.
Randai adalah rakyat tari-drama tradisional masyarakat Minangkabau
Sumatera Barat,Indonesia. Memainkan Randai didasarkan pada cerita rakyat
terkenal, tradisi musik lokal, dan seni bela diri. Randai sebelumnya
adalah suatu bentuk kesenian rakyat Minangkabau, tapi bukan suatu bentuk
teater (rakyat). Pada mulanya Randai adalah suatu bentuk kesenian tari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pada pengertian kedua dinyatakan
dengan tegas bahwa Randai, Bahasa Minangkabau, tarian yang oleh
sekelompok orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan menarikannya
sambil bernyanyi dan bertepuk tangan berkeliling, membentuk dan
merupakan medium cerita "kaba". Randai di Daerah Kuansing dinamakan
Randai Kuantan.
Hamidy mengatakan bahwa keberadaan Randai di daerah Kuansing, erat
hubungannya dengan kedatangan perantau-perantau Minang kedaerah itu.
Dari sumberyang dapat diperoleh dapat diketahui bahwa daerah aliran
sungai Kampar adalah daerah Riau yang mula-mula menerima kedatangan
Randai Minangkabau. Dari daerah Kampar inilah Randai masuk ke Kuansing.
Randai mulai dikenal di perkampungan sepanjang sungai kuantan Indragiri
Riau, kira-kira tahun 1937. Ketika itu keadaan ekonomi rakyat didaerah
itu cukup baik. Harga getah cukup mahal, lagipula banyak petani atau
peladang getah yang diberi subsidi oleh Belanda. Ekonomi yang baik ini
telah mendorong datangnya perantau-perantau Minangkabau ke daerah
tersebut, dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih baik atau dating
untuk berniaga.
Randai yang pertama dipertunjukkan di daerah Kuansing adalah Randai
Cindur Mato. Randai ini dimainkan oleh perantau Minangkabau bersama-sama
orang Kampar. Pertunjukan Randai mereka hampir serupa semuanya dengan
pertunjukkan Randai di Minangkabau.
Randai Kuantan, pada dasarnya adalah salah satu kesenian khas rakyat
yang berkembang diprovinsi Riau. Banyak sekali keunikan yang dapat kita
lihat pada tradisi ini. Selain itu, kesenian Randai Kuantan juga
digunakan sebagai sarana untuk mengenalkan visi baru yang akan dicapai
oleh Provinsi Riau, yakni sebagai salah satu pusat kebudayaan Melayu di
Asia Tenggara. Jika dilihat dari bentuk serta keunikan yang dimiliki
oleh kesenian rakyat ini, tidak salah bila Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Riau, memutuskan untuk memilih menggunakan kesenian
Randai Kuantan sebagai salah satu media promosi kebudayaan. Dimana telah
dilangsungkan berbagai pertunjukan kesenian Randai Kuantan diberberapa
begara, guna menceritakan berbagai kisah sejarah, atau cerita tentang
kemajuan pembangunan yang tengah berlangsung diprovinsi Riau.
Kesenian Randai Kuantan, merupakan sebuah kesenian warisan dari
kebudayaan tradisional yang dahulu tumbuh dan berkembang dikabupaten
Kuantan Singingi. Salah satu daerah wisata diprovinsi Riau, yang juga
banyak sekali menyimpan berbagai pertunjukan kesenian dan kebudayaan
andalan.
Keunikan dari kesenian ini, dapat kita saksikan dalam berbagai kegiatan
pertunjukan, yang juga banyak dilaksanakan diberbagai titik diprovinsi
Riau. Disamping menjadi salah satu objek wisata andalan, umumnya
pertunjukan kesenian yang dilangsungkan selama sekitar kurang lebih 4
jam tersebut, juga ramai dan banyak sekali dikunjungi oleh masyarakat
disekitar kabupaten Singingi yang ingin mencari hiburan.
Randai Kuantan merupakan sebuah kesenian unik yang memperlihatkan
berbagai cerita rakyat, yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan teater
seni tradisional. Kesenian ini, juga dimainkan oleh sekelompok orang
yang berjumlah sekitar 15 hingga 30 orang dalam sekali pementasan.
Terdapat beberapa peran penting, seperti tokoh cerita serta peran
pendukung lainnya, dalam pertunjukan kesenian yang juga dimainkan oleh
mayoritas anak muda yang juga sering disebut dengan nama Randai Bujang
Gadi tersebut.
Kesenian identik dengan berbagai tingkah serta atraksi dari para pemain
yang mampu mengundang gelak tawa dari para peonton yang menyaksikannya.
Hal ini dikarenakan terdapat berbagai lawakan-lawakan khas dan juga
unik, yang pastinya akan menjadi sajian untuk kita nikmati dalam
pertunjukan kesenian Randai Kuantan.
Salah satu daya tarik serta mampu mengundang kelucuan dalam kesenian
ini, salah satunya, adalah tokoh yang diperankan dalam kesenian teater
tradisional tersebut. Kita akan menyaksikan dimana para pemeran dalam
kesenain tersebut, sepertinya memang sengaja bertukar posisi. Yakni
dimana terlihat para pemain laki-laki sengaja berperan sebagai wanita,
dan begitu juga sebaliknya para pemain wanita yang memerankan diri guna
menjadi laki-laki.
Banyak sekali kisah serta cerita rakyat yang dibawakan secara bergantian
dalam tiap kali pementasan kesenian Randai Kuantan. Salah satu cerita
rakyat yang sering dipentaskan dalam kesenian Randai Kuantan tersebut,
yakni sebuah kisah legenda dengan judul "Sutan Nan Garang". Salah satu
cerita rakyat yang berkembang di Kabupaten Singingi, dan menceritakan
tentang kehidupan seorang pemuda yang gagah perkasa, serta memiliki
wajah yang begitu rupawan.
Beberapa orang dalam kelompok pementasan kesenian Randai Kuantan, juga
bertugas sebagai pemain alat musik tradisional. Diantara alat musik yang
mengiringi berbagai kegiatan pertunjukan tersebut, yakni Piaual,
Gedang, Biola, Seruling, Harmonika, Rebana, Serta alat musik Lapri, guna
mengiringi berbagai nyanyian lagu daerah yang dibawakan dalam
pertunjukan kesenian Randai Kuantan.
Kesimpulan :
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan Rantau
Kuantan atau sebagai daerah perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau
nan Tigo Jurai).
Randai adalah rakyat tari-drama tradisional masyarakat Minangkabau
Sumatera Barat, Indonesia. Randai di daerah Kuansing, erat hubungannya
dengan kedatangan perantau-perantau Minang kedaerah itu. Randai di
Daerah Kuansing dinamakan Randai Kuantan.
Randai yang pertama dipertunjukkan di daerah Kuansing adalah Randai
Cindur Mato. Randai ini dimainkan oleh perantau Minangkabau bersama-sama
orang Kampar. Pertunjukan Randai mereka hampir serupa semuanya dengan
pertunjukkan Randai di Minangkabau. Randai Kuantan, pada dasarnya adalah
salah satu kesenian khas rakyat yang memiliki banyak keunikan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Randai Kuantan
Rachmawati/PBM/FKIPFisika
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan Rantau
Kuantan atau sebagai daerah perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau
nan Tigo Jurai). Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kuansing
menggunakan adat istiadat serta bahasa Minangkabau meskipun secara
geografis Kunsing berada di Daerah Provinsi Riau yang notabene adalah
orang melayu. Kabupaten ini berada di bagian barat daya Provinsi Riau
dan merupakan pemekaran dari Kabupaten Indragiri Hulu.
Sebagai daerah Rantau Nan Tigo Jurai, dalam kebudayaan masyarakat melayu
terdapat sebuah Tarian Randai. Randai adalah salah satu permainan
tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan
membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil
menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.
Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi
satu.
Randai adalah rakyat tari-drama tradisional masyarakat Minangkabau
Sumatera Barat,Indonesia. Memainkan Randai didasarkan pada cerita rakyat
terkenal, tradisi musik lokal, dan seni bela diri. Randai sebelumnya
adalah suatu bentuk kesenian rakyat Minangkabau, tapi bukan suatu bentuk
teater (rakyat). Pada mulanya Randai adalah suatu bentuk kesenian tari.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pada pengertian kedua dinyatakan
dengan tegas bahwa Randai, Bahasa Minangkabau, tarian yang oleh
sekelompok orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan menarikannya
sambil bernyanyi dan bertepuk tangan berkeliling, membentuk dan
merupakan medium cerita "kaba". Randai di Daerah Kuansing dinamakan
Randai Kuantan.
Hamidy mengatakan bahwa keberadaan Randai di daerah Kuansing, erat
hubungannya dengan kedatangan perantau-perantau Minang kedaerah itu.
Dari sumberyang dapat diperoleh dapat diketahui bahwa daerah aliran
sungai Kampar adalah daerah Riau yang mula-mula menerima kedatangan
Randai Minangkabau. Dari daerah Kampar inilah Randai masuk ke Kuansing.
Randai mulai dikenal di perkampungan sepanjang sungai kuantan Indragiri
Riau, kira-kira tahun 1937. Ketika itu keadaan ekonomi rakyat didaerah
itu cukup baik. Harga getah cukup mahal, lagipula banyak petani atau
peladang getah yang diberi subsidi oleh Belanda. Ekonomi yang baik ini
telah mendorong datangnya perantau-perantau Minangkabau ke daerah
tersebut, dengan harapan mendapat pekerjaan yang lebih baik atau dating
untuk berniaga.
Randai yang pertama dipertunjukkan di daerah Kuansing adalah Randai
Cindur Mato. Randai ini dimainkan oleh perantau Minangkabau bersama-sama
orang Kampar. Pertunjukan Randai mereka hampir serupa semuanya dengan
pertunjukkan Randai di Minangkabau.
Randai Kuantan, pada dasarnya adalah salah satu kesenian khas rakyat
yang berkembang diprovinsi Riau. Banyak sekali keunikan yang dapat kita
lihat pada tradisi ini. Selain itu, kesenian Randai Kuantan juga
digunakan sebagai sarana untuk mengenalkan visi baru yang akan dicapai
oleh Provinsi Riau, yakni sebagai salah satu pusat kebudayaan Melayu di
Asia Tenggara. Jika dilihat dari bentuk serta keunikan yang dimiliki
oleh kesenian rakyat ini, tidak salah bila Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Provinsi Riau, memutuskan untuk memilih menggunakan kesenian
Randai Kuantan sebagai salah satu media promosi kebudayaan. Dimana telah
dilangsungkan berbagai pertunjukan kesenian Randai Kuantan diberberapa
begara, guna menceritakan berbagai kisah sejarah, atau cerita tentang
kemajuan pembangunan yang tengah berlangsung diprovinsi Riau.
Kesenian Randai Kuantan, merupakan sebuah kesenian warisan dari
kebudayaan tradisional yang dahulu tumbuh dan berkembang dikabupaten
Kuantan Singingi. Salah satu daerah wisata diprovinsi Riau, yang juga
banyak sekali menyimpan berbagai pertunjukan kesenian dan kebudayaan
andalan.
Keunikan dari kesenian ini, dapat kita saksikan dalam berbagai kegiatan
pertunjukan, yang juga banyak dilaksanakan diberbagai titik diprovinsi
Riau. Disamping menjadi salah satu objek wisata andalan, umumnya
pertunjukan kesenian yang dilangsungkan selama sekitar kurang lebih 4
jam tersebut, juga ramai dan banyak sekali dikunjungi oleh masyarakat
disekitar kabupaten Singingi yang ingin mencari hiburan.
Randai Kuantan merupakan sebuah kesenian unik yang memperlihatkan
berbagai cerita rakyat, yang dibawakan dalam sebuah pertunjukan teater
seni tradisional. Kesenian ini, juga dimainkan oleh sekelompok orang
yang berjumlah sekitar 15 hingga 30 orang dalam sekali pementasan.
Terdapat beberapa peran penting, seperti tokoh cerita serta peran
pendukung lainnya, dalam pertunjukan kesenian yang juga dimainkan oleh
mayoritas anak muda yang juga sering disebut dengan nama Randai Bujang
Gadi tersebut.
Kesenian identik dengan berbagai tingkah serta atraksi dari para pemain
yang mampu mengundang gelak tawa dari para peonton yang menyaksikannya.
Hal ini dikarenakan terdapat berbagai lawakan-lawakan khas dan juga
unik, yang pastinya akan menjadi sajian untuk kita nikmati dalam
pertunjukan kesenian Randai Kuantan.
Salah satu daya tarik serta mampu mengundang kelucuan dalam kesenian
ini, salah satunya, adalah tokoh yang diperankan dalam kesenian teater
tradisional tersebut. Kita akan menyaksikan dimana para pemeran dalam
kesenain tersebut, sepertinya memang sengaja bertukar posisi. Yakni
dimana terlihat para pemain laki-laki sengaja berperan sebagai wanita,
dan begitu juga sebaliknya para pemain wanita yang memerankan diri guna
menjadi laki-laki.
Banyak sekali kisah serta cerita rakyat yang dibawakan secara bergantian
dalam tiap kali pementasan kesenian Randai Kuantan. Salah satu cerita
rakyat yang sering dipentaskan dalam kesenian Randai Kuantan tersebut,
yakni sebuah kisah legenda dengan judul "Sutan Nan Garang". Salah satu
cerita rakyat yang berkembang di Kabupaten Singingi, dan menceritakan
tentang kehidupan seorang pemuda yang gagah perkasa, serta memiliki
wajah yang begitu rupawan.
Beberapa orang dalam kelompok pementasan kesenian Randai Kuantan, juga
bertugas sebagai pemain alat musik tradisional. Diantara alat musik yang
mengiringi berbagai kegiatan pertunjukan tersebut, yakni Piaual,
Gedang, Biola, Seruling, Harmonika, Rebana, Serta alat musik Lapri, guna
mengiringi berbagai nyanyian lagu daerah yang dibawakan dalam
pertunjukan kesenian Randai Kuantan.
Kesimpulan :
Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) adalah salah satu kabupaten di
Provinsi Riau, Indonesia. Kabupaten Kuansing disebut pula dengan Rantau
Kuantan atau sebagai daerah perantauan orang-orang Minangkabau (Rantau
nan Tigo Jurai).
Randai adalah rakyat tari-drama tradisional masyarakat Minangkabau
Sumatera Barat, Indonesia. Randai di daerah Kuansing, erat hubungannya
dengan kedatangan perantau-perantau Minang kedaerah itu. Randai di
Daerah Kuansing dinamakan Randai Kuantan.
Randai yang pertama dipertunjukkan di daerah Kuansing adalah Randai
Cindur Mato. Randai ini dimainkan oleh perantau Minangkabau bersama-sama
orang Kampar. Pertunjukan Randai mereka hampir serupa semuanya dengan
pertunjukkan Randai di Minangkabau. Randai Kuantan, pada dasarnya adalah
salah satu kesenian khas rakyat yang memiliki banyak keunikan.
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar